Dunia yang tidak sempurna ini juga diisi dengan manusia-manusia yang tidak sempurna, tapi manusia-manusia itu justru mengharuskan sebuah kesempurnaan dan tidak menerima ketidaksempurnaan. Semakin ketidaksempurnaan itu kita benci, semakin tersiksa juga diri sendiri.
Cara ampuh untuk mencintai diri sendiri lagi adalah dengan berdamai terhadap ketidaksempurnaan yang kita miliki.

Berbeda dengan orang lain membuat kita merasa begitu tidak sempurna, merasa bahwa kita dikucilkan dan tidak dianggap karena berbeda dengan kebanyakan orang-orang. Memang boleh untuk bersedih karena itu, tapi kamu juga harus menerima kenyataannya. Menerima perbedaan yang ada pada dirimu dan percaya bahwa itu yang terbaik untukmu.

Berangkat dari problematika yang memunculkan gejolak perlawanan batin akan kenyataan hidup. Topik buku “Berdamai” yang satu ini diharapkan mampu membuka pikiran pembaca sekalian, bahwa hidup ini tak melulu soal keindahan, kesempurnaan, serta perwujudan impian. Faktanya, kehidupan yang kita harapkan tak selalu bisa berjalan dengan mulus. Banyak sekali lika-liku, bebatuan terjal, hingga badai yang menghalangi perjalanan setiap umat dalam merealisasikan keinginannya. Kegagalan, ketidakcocokan, kekalahan, perpisahan, semuanya merupakan bagian-bagian kecil dari ketidaksempurnaan yang bisa menerpa siapa saja.

Buku ini hadir untuk membersamai pembaca mengarungi masa-masa sulit tersebut. Mengubah pemikiran pembaca untuk senantiasa ber-positive thinking dan learning by doing dalam menjalani kehidupan yang tak sempurna. Serta mengajarkan bagaimana berdamai dengan ketidaksempurnaan itu sendiri. Jika Anda mampu berdamai, niscaya Anda mampu memaafkan. Dan jika Anda mampu memaafkan, niscaya Anda akan selalu baik-baik saja.